Rabu, 22 Mei 2013

Sejarah Panjang Nusantara ( Meniti jejak-jejak sejarah Nusantara bagian 2 )

Leluhur kita yang menuliskan kejadian masa depan adalah Maha Raja dari Kerajaan Dahana Pura
bernama Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya dalam karyanya Jayabaya Pranitiradya dan Jayabaya
Pranitiwakyo. Sering juga disebut “Jangka Jayabaya” atau oleh masyarakat sekarang dikenal dengan
nama “Ramalan  Jayabaya”, sebetulnya istilah  ramalan  kuranglah begitu tepat,  karena “Jangka
Jayabaya” adalah sebuah Sabda, Sabda Pandhita Ratu dari Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya, yang
artinya adalah akan terjadi dan harus terjadi.

 Leluhur lainnya adalah R. Ng. Ranggawarsita yang menyusun kejadian mendatang ke dalam tembang-tembang, antara lain Jaka Lodang, Serat Kalatidha, Sabdatama, dll. 

Kaitannya dengan penanggalan jaman yang ada di Jangka Jayabaya, kita berhasil menemukan bahwa
sejarah Nuswantara tidak sekerdil seperti sejarah yang tertulis di buku-buku pelajaran sejarah sekolah
yang resmi atau literasi  sejarah yang ada. Bahkan lebih dari itu,  kami menemukan bukti tentang
kebesaran leluhur Nuswantara yang di peradaban-peradaban sebelumnya mempunyai wilayah yang
lebih besar dari yang kita duga selama ini.

Data yang diperoleh terdapat di beberapa relief dan prasasti yang dapat dilihat dan dimengerti oleh
semua orang. Pola pembacaan yang telah berhasil dipetakan dengan mendokumentasikan puluhan
jenis aksara purba asli Nuswantara yang dapat dipakai untuk membaca prasasti dan rontal-rontal kuno,
di antaranya adalah Sastra Kala Purwa, Sastra Kala Dwara, Sastra Kala Dwapara, Sastra Kala Praniti,
Sastra Kala Wisesa, dll. Sebagai bahan perbandingan, aksara Pallawa yang ada di India itu masih setara
dengan jaman Kerajaan Singasari, jadi masih terhitung sangat muda.

 
Kembali ke Jangka Jayabaya, telah berhasil dipetakan periodesasi terciptanya bumi sampai ke titik akhir
menjadi 3 [tiga] Jaman Kali [Jaman Besar] atau Tri Kali, dan setiap Jaman Besar atau Kali terbagi menjadi
7 [tujuh] Kala [Jaman Sedang] atau Sapta Kala, dan 1 [satu] Jaman Sedang [Kala] terbagi menjadi 3 [tiga]
Mangsa Kala [Jaman Kecil], serta berhasil mengurutkan sejarah kerajaan-kerajaan induk yang ada di
Nuswantara yang mayoritas telah dihilangkan dari sejarah resmi. 

 
Tri Kali atau 3 Jaman Besar itu terdiri dari :

1. Kali Swara  - Jaman Penuh Suara Alam
2. Kali Yoga  - Jaman Pertengahan
3. Kali Sangara  - Jaman Akhir

Masing-masing Jaman Besar berusia 700 Tahun Surya, suatu perhitungan tahun yang berbeda dengan
Tahun Masehi maupun Tahun Jawa, perhitungan tahun yang digunakan sejak dari awal peradaban.
Konversi setiap Jaman Besar [Kali] masing-masing berbeda, itu dikarenakan karena perputaran bumi
tidak linear, perhitungan masa dalam satu Tahun Surya di Jaman besar Kali Yoga lebih lama  dari
perhitungan masa dalam satu Tahun Surya di Jaman Besar Kali Sangara, dan perhitungan masa dalam
satu Tahun Surya di jaman Besar Kali Swara lebih lama dari perhitungan masa dalam satu Tahun Surya
di Jaman Besar Kali Yoga.

Saat ini yang telah berhasil dikonversikan adalah penghitungan untuk Jaman Besar Kali Sangara [jaman
akhir], di mana 1 [satu] Tahun Surya setara dengan 7 [tujuh] Tahun Wuku, satu tahun Wuku terdiri dari 210
hari yang berarti 1 [satu] Tahun Surya pada jaman besar Kali Sangara itu sama dengan 1.470 hari.

( Bersambung...... )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar